Senin, 26 Desember 2011

Tarbiyah dzatiyah

Tak ada makna bagi keberhasilan proses tarbiyah rasmiyah tanpa berkembangnya kemampuan seorang mutarabbi mengaktualisasikan dirinya bagi nukhbah (kadernya) yang dinamis, sensitif dan bijak ( hay, hassas, hakim).
Cermatilah qasha-shu’l haq, dari alqur’an maupun Al-Hadist, lihatlah kecemerlangan tarbiyah dzatiyah tokoh-tokoh sejarah. Sebaliknya, kegagalan tarbiyah dzatiyah pada ummat-ummat terdahulu, khususnya Bani Israil menjadi traffic light yang jelas, tak patut para pendatang berikutnya terjerumus kejurang yang sama.
Keberhasilan sistem tarbiyah membangun SDM telah menempatkan putera puterinya pada posisi yang dihormati (dan dicemburui). Tarbiyah adalah trade mark bagi produk unggulan sumber daya da’wah, tanpa memustahilkan wujudnya limbah produksi. Limbah itu dapat berbentuk sikap membanggakan status ’terdaftar” di masyarakat tarbiyah tanpa kemauan cukup untuk menyesuaikan dengan tuntutan tarbiyah. Dapat juga berbentuk sikap elitis yang sukar hadir dan berbaur di tengah masyarakat sesuai dengan prinsip “ yakhtalithun walakin yatamayyazun “.